"Lama2 org males romantis krn ntar disebut galau. Males peduli takut disebut kepo. Males mendetil takut dibilang rempong" - Sudjiwo Tedjo
Tweet diatas sedikit banyak mengorek jiwaku. Membuatku berpikir. Apakah sekarang ini kata-kata begitu murah? Bohong aku jika bilang kata-kata itu tak ada benar.
Lalu, jika selama ini kita bermanja-manja dengan kata-kata, merangkai indah susunan kalimat, walau hanya untuk sekedar membahagiakan diri sendiri... Atau mungkin sekedar membagi pengalaman dengan sedikit renungan dari hal-hal yang telah kita alami, semua disebut galau? Sedihnya.
Romantisme sudah hilang. Sudah mati dimakan belatung.
Sekarang, aku mau tanya, cinta itu apa? Romatis itu apa?
Kutemukan sekumpulan rangkaian kata. Aku bilang ini romantis, tak apa?
"Sambil menyeberangi sepi, kupanggil namamu, Wanitaku..."
(WS Rendra)
"Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta..."
(WS Rendra)
"Kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan. Apabila aku dalam kangen dan sepi, aku tungku tanpa api..."
(WS Rendra)
"Mungkin cinta adalah... `yang tertusuk padamu, berdarah padaku`"
(Sutardji Calzoum Bachri)
"Atau mugkin karena `tidak setiap tangan jadi pegang, tidak setiap ragu jadi tahu. Raguku ragu tahu, ragu guru ragu tak sampai...`"
(Sutardji Calzoum Bachri)
"Waktu yang menemani penantianmu jangan-jangan berkata `mari pecahkan jam dinding, ambil jarumnya jadikan luka`"
(Sutardji Calzoum Bachri)
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan, yang menjadikannya tiada"
(Sapardi Djoko Damono)
"Cinta adalah ketika kuat kau rasakan `kehadiran` Tuhan dalam diri pasanganmu"
(Sudjiwo Tedjo)
Coba, kalau tiba-tiba aku nge-tweet kayak gitu? Taruhan deh, pasti dibilang galau. Bedakanlah, ada galau, ada romantis, ada filosofis. Memang semuanya nyerempet, tapi ya dari kata-katanya aja beda.
Kan nggak salah, kalau suatu waktu aku tiba-tiba nge-tweet yang macam itu. Mungkin otakku sedang berpikir "dalam" tentang segala sesuatu yang selama ini berkecamuk di sekitarku. Iya, kan? Nggak salah, kan?
Ngomong-ngomong, aku suka lirik lagunya Noah yang "Separuh Aku" di bagian ini
"Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu. Karena separuh aku, menyentuh laramu. Semua lukamu tlah menjadi milikku. Karena separuh aku, dirimu"
Apa? Kalau aku bilang aku suka lagunya Noah, aku dibilang galau juga nih? Dibilang alay? Hahaha.
___________________________
*Kutipan diatas diambil dari account twitter Sudjiwo Tedjo
(@sudjiwotedjo)