Layaknya bunga Iris kuning yang tumbuh di bawah jendela kamarku, hidupku selalu terombang-ambing....
Aku sudah berada di rumah ini dua belas tahun lamanya. Rumah dengan cat tembok berwarna krem yang sekarang terlihat putih kusam. Bersama lima orang lainnya, rumah ini tak pernah sepi. Bahkan saat malam. Kau akan mendengar suara kendaraan-kendaraan besar lewat, karena rumahku dekat dengan jalan bebas hambatan.
Aku terbiasa dengan suara bising omelan dan caci maki yang biasanya berkumandang di rumahku. Sepuluh tahun yang lalu, omelan itu tertuju padaku. Lima tahun lalu untuk adik laki-lakiku dan sekarang untuk adik perempuanku. Sudah kubilang, rumahku tak pernah sepi.
Dulu saat usiaku baru menginjak tiga tahun, aku pernah terbaring selama seminggu di tempat tidur. Panas dingin, tidak mau makan, aku hanya diam seperti orang linglung. Tahu kenapa?
Aku shock. Ya, benar. Itu semua karena aku dimarahi nenekku. Sebelumnya, aku tak pernah dimarahi oleh ibuku, ataupun yang lainnya. Saat aku pindah ke Jakarta pada umur tiga tahun, semuanya begitu berbeda.
Semua baik-baik saja, sampai aku pindah ke Jakarta. Tak hanya ibukota yang begitu keras, namun sikap nenekku juga.
Nenekku, adalah seorang janda yang temperamen. Dia ditinggal pergi suaminya saat sedang hamil tua anak kedua. Entah apa yang ada di pikirannya, dia begitu membenci ibuku.
Ya, ini terkesan sangat drama. Seorang mertua yang benci setengah mati pada menantunya. Imbasnya, dia juga akan bersikap sama pada cucunya. Akulah korbannya. Aku. Aku.
Pada tahun-tahun awal kami tinggal di rumah itu, ibuku mencoba memenuhi apapun keinginan nenekku. Dia selalu mencaci maki apa saja yang dilakukan ibuku, mencela masakan ibuku, dan sebagainya. Namun ibuku selalu berpikir positif.
"...kalau kita bersikap baik, nggak mungkin kan ada orang yang bakal jahat terus sama kita?"
Tapi itu hanya prinsip ibuku, dan sepertinya tidak berlaku bagi nenekku. Aku rasa yang ada di pikirannya adalah seperti ini
"..aku pemilik rumah ini, dan aku mertuamu, kau harus tunduk padaku!"
Entahlah, aku tak begitu mengerti.
***
No comments:
Post a Comment
Leave comments would be nice for me :D