Tuesday 14 August 2012

Romantisme Yang Dimakan Belatung

"Lama2 org males romantis krn ntar disebut galau. Males peduli takut disebut kepo. Males mendetil takut dibilang rempong" - Sudjiwo Tedjo

Tweet diatas sedikit banyak mengorek jiwaku. Membuatku berpikir. Apakah sekarang ini kata-kata begitu murah? Bohong aku jika bilang kata-kata itu tak ada benar.

Lalu, jika selama ini kita bermanja-manja dengan kata-kata, merangkai indah susunan kalimat, walau hanya untuk sekedar membahagiakan diri sendiri... Atau mungkin sekedar membagi pengalaman dengan sedikit renungan dari hal-hal yang telah kita alami, semua disebut galau? Sedihnya.

Romantisme sudah hilang. Sudah mati dimakan belatung.

Sekarang, aku mau tanya, cinta itu apa? Romatis itu apa?

Kutemukan sekumpulan rangkaian kata. Aku bilang ini romantis, tak apa?

"Sambil menyeberangi sepi, kupanggil namamu, Wanitaku..."
(WS Rendra)

"Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta..."
(WS Rendra)

"Kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan. Apabila aku dalam kangen dan sepi, aku tungku tanpa api..."
(WS Rendra)

"Mungkin cinta adalah... `yang tertusuk padamu, berdarah padaku`"
(Sutardji Calzoum Bachri)

"Atau mugkin karena `tidak setiap tangan jadi pegang, tidak setiap ragu jadi tahu. Raguku ragu tahu, ragu guru ragu tak sampai...`"
(Sutardji Calzoum Bachri)

"Waktu yang menemani penantianmu jangan-jangan berkata `mari pecahkan jam dinding, ambil jarumnya jadikan luka`"
(Sutardji Calzoum Bachri)

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan, yang menjadikannya tiada"
(Sapardi Djoko Damono)

"Cinta adalah ketika kuat kau rasakan `kehadiran` Tuhan dalam diri pasanganmu"
(Sudjiwo Tedjo)

Coba, kalau tiba-tiba aku nge-tweet kayak gitu? Taruhan deh, pasti dibilang galau. Bedakanlah, ada galau, ada romantis, ada filosofis. Memang semuanya nyerempet, tapi ya dari kata-katanya aja beda.

Kan nggak salah, kalau suatu waktu aku tiba-tiba nge-tweet yang macam itu. Mungkin otakku sedang berpikir "dalam" tentang segala sesuatu yang selama ini berkecamuk di sekitarku. Iya, kan? Nggak salah, kan?

Ngomong-ngomong, aku suka lirik lagunya Noah yang "Separuh Aku" di bagian ini

"Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu. Karena separuh aku, menyentuh laramu. Semua lukamu tlah menjadi milikku. Karena separuh aku, dirimu"

Apa? Kalau aku bilang aku suka lagunya Noah, aku dibilang galau juga nih? Dibilang alay? Hahaha.

___________________________
*Kutipan diatas diambil dari account twitter Sudjiwo Tedjo
(@sudjiwotedjo)

Saturday 4 August 2012

It's A Good Thing To Have Good Friends

4 Agustus ini, gue dan temen-temen SMP gue --iya, temen SMP-- ngadain buka puasa bersama.
EKSPEKTASI: ketemuan di Tribeca Central Park jam 4. Kalo ngaret ntar mukanya disetrika.
KENYATAAN: haruskah gue cerita bagaimana kenyataannya?

Gue berangkat bareng Bebeh(Puspita) sama Ina. Sesampainya di Tribeca, si Bebeh nelpon Vira. Ternyata dia udah di depan Carrefour. Oke, kita cabut kesana.

Pas udah deket Carrefour, Bebeh ngerasa ada yang manggil-manggil gitu. Trus gue kiranya itu cuma perasaan dia aja. Sekejap kemudian, si Oma(Komang) nabok dari belakang dan langsung merepet "WOY! LU GUA PANGGIL-PANGGILIN DARI TADI".

Astaga, ternyata itu bukan cuma perasaan wkwkwk.

Akhirnya setelah peluk-pelukan dan cipika-cipiki sama Oma dan Vira, kita memutuskan untuk makan di Solaria aja biar murah.

Udah nyampe nih di Solaria. Masih nunggu Ebi sama Uni. Kalo Uni sih emang katanya bakal telat dateng. Nah Ebi? Dia yang niatnya mau nyetrikain muka orang kalo ngaret, malah dia sendiri yang ngaret.

Saking kita ga sabarnya nungguin Ebi, setiap ada yang buka pintu kita pasti nengok. Disitu semua orang kita bilang Ebi, misalnya:
"Eh, itu Febri! tapi bukan deng......"

"Eh! Itu tuh, Febri..... tapi bawa anak"

"Nah, yang bawa tas itu Febri" kata gue. Si Oma sewot "Woy, itu kan cowo". "Maksud gue Febriyanto........" balas gue membela diri.

Setelah sekian lama kita nungguin, akhirnya Ebi dateng juga. Suasana langsung rusuh. Layaknya kumpulan ibu-ibu arisan, kita langsung nyerocos. Terutama Ebi.

Nggak lama kemudian pesenan makanan kita datang, trus Uni juga nyampe. Akhirnya kita makan dan dilanjutkan dengan solat magrib. Abis solat kita balik lagi ke Solaria.

Nah, disini nih. Kita mulai cerita-cerita. Berbagai topik mulai simpang siur, mulai dari adiknya temen gue yang keterima di 78, sampe..... maho. Iya, maho.

Layaknya seorang yang udah expert di dunia per-maho-dan-lesbi-an, si Ebi mulai cas-cis-cus bicara banyak hal. Kita yang langsung excited dengerin gitu. Wuih pokoknya gayanya Ebi udah kayak Madam yang udah melakukan riset bertahun-tahun tentang maho deh.

Dalam waktu ga sampe 2 jam, kita berasa abis ikut seminar tentang maho. Kita jadi bisa bedain mana maho dan mana bukan. Berasa jadi kayak maho detector gitu deh pokoknya.

Pertemuan kita ditutup dengan acara foto-foto. Ngerti lah, buat cewe-cewe mah nggak afdol kalo kongkow ga pake foto-foto. Emang harus ada bukti autentiknya gitu sih kalo kita habis ngumpul. Berikut foto-fotonya:










Yeah, it's true. It's a good thing to have good friends :)
Thanks for all! I love you all :*

Jya~